Selasa, 19 Juni 2012

Karena Tidak Tahu


Ada seorang sahabat satu mentoringku bernama Halim, berbadan besar, tinggi dan berjenggot ala Ahmad Dhani. Dia menceritakan pengalamannya saat ikut dalam sebuah pertandingan tinju beberapa tahun silam mewakili klubnya. Sebagai petinju yang minim pengalaman tentunya dia lebih banyak tidak tahu seluk beluk dan seni di atas ring. Tapi pada suatu waktu dia mendapat sebuah tantangan dari sang pelatih untuk bertarung dengan seseorang. Sang pelatih hanya memancing sisi emosionalnya sebagai petinju tanpa memberikan informasi detail tentang lawannya.

"Namanya juga darah muda yang sedang terprovokasi, saya jawab tantangan itu",
ungkapnya pada kami di sela-sela diskusi ringan setelah mentoring selesai. Menurut Halim, hasil pertandingan memang tidak memuaskan, dia kalah selisih angka. Tapi setelah peristiwa itu, justru orang-orang yang tahu memuji tindakan dan keberaniannya. Karena yang menjadi lawannya saat itu adalah atlet dari Pelatnas pusat dengan jam terbang tinggi di atas ring. Kebanyakan rekan Halim yang sesama petinju tidak mau bertarung dengan sang petinju tersebut. "Saya bersyukur karena tidak tahu, andai dari awal saya tahu dia atlet pelatnas, mungkin saya pun memilih untuk menjadi penonton", begitulah selorohnya.

Dalam dunia bisnis dan ekonomi. Dalam sebuah acara diskusi di televisi, seorang narasumber mengakui, bahwa banyak pebisnis dan pengusaha sukses bukanlah dari pakar ekonomi atau ekonom. Kenapa demikian? "Karena jika seseorang semakin banyak tahu akan resiko dan beban yang akan ditanggungnya, biasanya dia memilih untuk selalu mencari jalan aman alias dapat diprediksi atau bahkan dikalkulasikannya", jelas sang narasumber. "Semakin banyak seseorang mengetahui seluk-beluk bisnis, untung-rugi, dan  dia juga punya formula untuk menghitungnya, maka tingkat keraguannya makin tinggi, dan bahkan dia tidak akan pernah mencoba memulainya".

Adakalanya ketidak tahuan membawa kita kepada keberanian untuk memulai, bukankah bayi yang belajar berdiri dan berjalan juga tidak tahu bahwa dia bisa saja dengan mudah terjatuh?

Lalu, apakah kita memilih untuk "tidak tahu-menahu" sama sekali supaya kita jadi berani berbuat sesuatu?! Bukan itu maksud saya, karena saya tidak mengajak anda untuk tidak mau tahu.

Dari cerita Halim dan sang nara sumber tadi, saya hanya ingin menyimpulkan bahwa: ada saatnya kita harus nekat untuk mulai berbuat sesuatu yang baik. Istilah saya dalam training motivasi adalah TNT (Tekad, Nekat, Tawakkal).

Selamat mencoba hal baru.

Cari tahu itu perlu.
Asal tahu akan merugikanmu.
Terlalu banyak tahu menimbulkan ragu.
Sedikit tahu membuat kita jadi asal mau.


Idealnya adalah : "Ku tahu yang ku mau"

Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar