Rabu, 09 Januari 2013

SIAPA yang PERGI, SIAPA yang PULANG ?!


SIAPA yang PERGI, SIAPA yang PULANG
(Monolog Imajiner)

"Telah berpulang ke rahmatullah Ubaidillah bin Abdullah pada pukul 7 pagi…..". 
Haahh, aku terpana, saat mendengar namaku disebut oleh penjaga mesjid. Ada apa denganku?! ingin aku menanyakan padanya. Tapi aku tidak bisa menggerakkan bibir ini tuk berkata.

Di saat bersamaan aku melihat ada beberapa orang mengitariku, wajah mereka begitu akrab di ingatanku. "Jangan pergi tinggalkan kami…" suara sesegukan istriku; wanita yang sangat aku kenal dekat terisak menangis. Tapi aku tak bisa menjawabnya, ingin ku katakan bahwa: "aku tidak kemana-mana, aku masih di hadapan kalian".

Sabtu, 08 Desember 2012

Jumat, 28 September 2012

MADU, COKLAT dan GULA



MADU, COKLAT dan GULA
(Dialog Imajiner)

Suatu hari, terjadi percakapan antara madu, coklat dan gula:

Madu : Hai coklat dan gula, kita ini sungguh manis ya !?
Gula  : Memang benar, kita memang dibuat untuk terasa manis.
Coklat : Tapi menurutku bukan kita yang paling manis ?!
Madu & Gula : Haah, ko' bisa begitu ?!

Coklat : Coba kalian lihat orang yang sedang membaca tulisan ini,
                     dia lebih manis  dari kita kan..!!
                    Hey..lihat-lihat, dia tersenyum loohh, duuh manisnya….

Rabu, 12 September 2012

DARI PIPI TURUN KE BAHU


Melanjutkan tulisan saya terdahulu pada Selasa, 24 Juli 2012 yang berjudul Pada kedua pipi, maka saat ini saya mencoba menggali arti dari kegunaan anggota tubuh yang lain yaitu bahu.

Bahu atau boleh disebut pundak, sepasang anggota tubuh yang menopang leher tetap tegak, menjadi sumbu bagi kedua lengan dan tangan. Bahu sering menjadi simbol kerjasama, acap kali kita mendengar istilah bahu-membahu dalam sebuah kerja tim/kelompok. Pernahkah Anda menonton kisah perang dunia ke-2 berjudul Band of Brothers? Saat itu sebagian pasukan Sekutu yang terluka digendong dengan bahu rekan mereka yang selamat, bagi korban luka yang masih bisa dipapah berjalan, maka rekannya yang selamat membelintangkan tangan korban luka di bahunya dan menggiringnya dengan berjalan ke tempat yang lebih aman.

Pundak telah menjadi bahasa filosofi tentang sebuah kerja keras dan usaha mati-matian. Para buruh angkut barang, menjadikan pundaknya sebagai penahan beban yang dibawa, penjual jamu gendong juga menjadikan bahunya sebagai tumpuan kain penahan bakul jamunya. 

Bagi penjahit pakaian, ukuran bahu pelanggannya sangat menentukan berapa lebar kain yang diperlukan untuk membuat sebuah gaun yang indah. Bagi pelajar yang membawa tas sekolah terutama jenis backpack, menjadikan bahunya sebagai tumpuan tali tas yang dibawa. Para olahragawan, juga sangat tergantung pada kekuatan bahu mereka.


Kamis, 06 September 2012

SYAIR AKHIR ZAMAN


I
Kekasih…
Merdunya gesekan daun ditengah rimba kini telah menghilang,
Berganti kebun sawit luas sejauh mata memandang,
tak ada lagi pekikan elang perkasa yang terbang,
dan indahnya belibis yang pulang petang.
Bumi sekarat, kehancuran menjelang.

Kini, kicau burung telah berganti dengan tiruan rangkaian elektronik,
Gemericiknya ikan di air bening berganti dengan walpaper komputer yang unik.
Sejuknya udara pagi karena embun didedaunan pun digantikan alat pendingin elektrik.
Bahkan…di hadapan teknologi ciptaan sendiri manusia diperbudak dan tak mampu untuk berkutik.

II
Kekasih…

Jumat, 10 Agustus 2012

HARAP MAKLUM


"…..Demikianlah surat pemberitahuan ini kami sampaikan, harap maklum apa adanya". 

Begitulah tulisan pada paragraph terakhir sebagai kata penutup di dalam surat edaran yang saya terima. Sebenarnya saya agak sedikit heran, kenapa institusi yang mengirimkan surat tersebut menulis kalimat seperti itu, apakah karena memang sudah menjadi standar baku sebuah tulisan dalam surat edaran, atau memang yang menulis tidak mau tahu-menahu lagi apakah para penerima surat mengerti atau tidak maksud isi surat tersebut. Tanpa mau berpikir rumit, saya tetap menempelkan surat edaran tersebut di dinding mushalla dekat pintu keluar, supaya jama'ah bisa melihat sewaktu mereka keluar-masuk.

Sebenarnya apa sich.. arti dari kata 'maklum'?. Saya pernah membaca beberapa literatur bahasa serapan, 'maklum' juga merupakan kata serapan dari Bahasa Arab. Asal kata -'alama-, artinya; tahu. Kalau dijadikan kalimat "majhul/pasif", maka susunan katanya jadi 'ma'lum', artinya 'diketahui'. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis 'maklum' yang salah satu artinya 'diketahui'.

Dalam hidup ini memang ada kejadian seperti penggalan isi surat tadi. Adakalanya kita tidak mengetahui dengan maksud dan tujuan atau pesan yang ingin disampaikan orang terhadap kita, tapi kita diminta untuk 'maklum'. Memang lucu juga sich… dalam kondisi tidak tahu tapi dianggap tahu.