Jumat, 23 September 2011

BISA Tapi TAK PUNYA atau PUNYA Tapi TAK BISA

Almarhum ayahku punya mobil, tapi dia tidak bisa mengendarainya.
Sebaliknya banyak saudara atau temanku yang bisa mengendarai mobil, tapi mereka tidak punya.

Ketika membahas "bisa/tak bisa" atau "punya/tak punya" hal ini kerap kali terjadi di dalam kehidupan kita, atau lebih tepatnya dari dulu memang sudah ada dan akan terus berlangsung.
Berkaitan dengan motivasi hidup, seseorang akan berusaha untuk mendapatkan/meraih sesuatu agar dia "bisa" dan sekaligus "punya". Contoh sederhana seperti berkendaraan, setelah seseorang merasa bisa mengendarai sepeda motor, maka dia akan berusaha untuk dapat memilikinya. Tak hanya berkaitan materi saja, seseorang ketika sedang jatuh cinta, termotivasi berusaha untuk bisa mencintai dan memiliki yang dicintainya tersebut.

Namun tidak jarang pula terjadi di sekitar kita, ada orang yang telah "punya" tapi "tak bisa", sebagai contoh adalah berkaitan dengan waktu, ada orang yang "punya" banyak waktu, tapi tidak bisa memanfaatkannya dengan baik, pun sebaliknya ada orang yang "bisa" mengerjakan banyak hal bermanfaat, tapi dia tidak "punya" waktu yang cukup.
Peristiwa lain yang khususnya berkaitan dengan cinta, seperti banyak kasus, ada suami yang punya istri penurut, sopan menjaga kehormatan, tapi sang suami ternyata tak bisa mencintainya dengan menjaga diri malah berbuat serong. Ada juga seorang istri yang punya suami giat bekerja & setia, sang istri tidak bisa menghargai jika ada keterbatasan sang suami dari segi penghasilan, dia cenderung mencari kelemahannya agar memiliki alasan untuk selingkuh & berkhianat.

Kemudian muncul sebuah pertanyaan:
"cinta antara "punya" & "bisa", mana yang lebih dulu atau lebih penting?"
Menurut saya, jawabannya adalah bukan "yang ini lebih dulu atau yang itu lebih penting".
Tapi, jika kita "bisa" mencintai, maka lakukanlah sesuai batas cinta itu sendiri, dan jika pada akhirnya kita bisa "punya" cinta tersebut, maka senantiasalah berusaha untuk "bisa" menjaga dan merawatnya.

Karena setelah "punya" (memiliki) ada kecendrungan muncul rasa bosan dan motivasi untuk menjaganya mulai mengendur. Jika rasa bosan itu muncul, maka berhati-hatilah, dan kunci agar kita tidak mengabaikan sesuatu yang telah menjadi "punya" kita-khususnya cinta- adalah dengan bersyukur. Bersyukur secara horizontal sesama manusia dengan berterimakasih, bersyukur secara vertikal kepada Allah dengan beribadah dan mendekatkan diri pada-Nya.

saran & kritik mohon dikirimkan ke bungsu.munaf@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar