Minggu, 10 Juli 2011

Motivasi Setengah Hati – Sampai Mati, Maka Anda akan Merugi

Saat ini mungkin terlintas di pikiran kita bahwa semangat seseorang muncul saat dia mendapatkan pujian atau cacian. Namun jika kita memahami bahwa semangat hanya berkaitan dengan dua hal tersebut, maka sesungguhnya semangat yang kita miliki telah terbawa pada kondisi ketergantungan terhadap faktor dari luar diri (faktor eksternal). Jika kita memahaminya sebagai sumber motivasi utama maka sebenarnya kita belum memiliki motivasi yang sesungguhnya, saya memberi istilah ‘motivasi setengah hati’.

Kenapa demikian?
Karena motivasi yang muncul akan sangat mudah memudar atau bahkan menghilang. Contoh kasus, seorang pelajar mati-matian berusaha mencapai juara 1 di kelas pada tahun pertama sekolah, karena ingin mendapat pujian sebagai siswa yang sukses, dan pada saat itu dia berhasil mencapainya, tapi kemudian muncul lagi persaingan yang lebih berat yaitu memperebutkan predikat siswa teladan dan juara umum di sekolahnya. Ternyata, ada siswa lain yang lebih unggul dan mengalahkannya di tahun ke-2, bahkan sampai tamat dia masih belum mampu merebut posisi siswa teladan sekaligus juara umum.

Contoh lainnya, seorang pemuda tampan dan kaya raya ingin mempersunting seorang gadis nan cantik jelita, karena tidak mau dicemooh sebagai laki-laki yang gagal menaklukkan sang gadis manis, sedangkan dia memiliki ketampanan dan harta yang melimpah maka dia mati-matian untuk mendapatkan sang gadis untuk dijadikan istri, namun kehendak yang Maha Kuasa berkata lain, ternyata keluarga sang gadis berpindah tempat tinggal ke negeri seberang nan jauh dan bahkan tidak diketahui dimana alamatnya. Si pemuda jadi stress dan frustasi atau bahkan bisa bunuh diri.

Dari dua kisah tadi menampakkan bahwa mereka memiliki motivasi dan berusaha mati-matian mencapai apa yang diinginkannya, tapi kenyataan yang terjadi diluar kehendaknya, karena ada 2 hal yang tidak bisa dilepaskan dari setiap target yang ingin dicapai yaitu ruang dan waktu. Motivasi sang siswa memudar untuk menjadi siswa teladan dan juara umum karena masa sekolahnya selama 3 tahun telah berakhir, inilah dimensi waktu, pun juga dengan sang pemuda tampan dan kaya, perpindahan sang gadis idaman ke negeri lain dan tidak diketahui alamatnya telah memupus harapannya, inilah dimensi ruang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar