Jumat, 03 Agustus 2012

TRUST or BELIEVE

Alkisah:

Seorang pemain akrobat sedang bersiap-siap atraksi pada sebuah pertunjukan yang menegangkan, dia akan meniti sebuah tali kecil seukuran kelingking bayi sepanjang 15 meter di atas ketinggian 20 meter dari permukaan tanah dengan mengedarai sepeda roda 1, dan dibawahnya tidak ada pengaman apapun, dapat dipastikan jika dia terjatuh akan berakibat fatal bahkan mati. Sebelum memulai aksinya, dia bertanya kepada penonton, "apakah anda semua percaya bahwa saya bisa menyeberangi tali kecil ini dengan selamat?", "tentu kami percaya", jawab penonton kompak.

Sang pemain akrobat memulai aksinya, baru berapa meter saja, tali kecil berayun-ayun, sepeda roda satu yang dikayuhnya terlihat huyung kekanan, ke kiri, ke depan bahkan ke belakang, semua penonton terdiam dalam ketegangan yang mencekam. Akhirnya sang pemain akrobat sampai di tempat yang dituju dengan selamat. Riuh rendah suara penonton diiringi tepuk tangan yang meriah mengagumi kepiawaiannya.

Sang pemain akrobat ternyata tidak berhenti sampai di situ. Pembawa acara mengumumkan bahwa akan ada atraksi yang lebih menegangkan lagi. Sang pemain akrobat tersebut kembali berbicara kepada penonton, "Apakah anda semakin percaya bahwa saya bisa menyeberangi tali kecil ini?", "tentu kami tambah percaya", jawab penonton dengan antusias. "Jika anda benar-benar percaya, buktikanlah", lanjut sang pemain akrobat, "dengan cara apa kami buktikan bahwa kami percaya?", tanya salah satu penonton.

"Saya meminta satu di antara anda untuk naik kepundak saya dan menyeberangi tali kecil ini bersama saya dengan mengendarai sepeda roda satu ini, anda mau??", tanya sang pemain akrobat dengan lantang. Semua penonton terdiam, suasana hening tak bergeming. Beberapa menit tak ada respon. 
"Berarti anda hanya percaya, tapi anda belum yakin", jelas sang pemain akrobat kemudian menutup atraksinya.

# # #

Apa maksud kisah di atas?

Sebagian dari kita mungkin sering menghadapi hal yang mirip seperti kisah para penonton tersebut. Ketika di dalam hati kita sudah mulai muncul rasa percaya (trust), tanpa terasa kita akan terbawa untuk bersimpati, memberi perhatian dan terkadang kecemasan, seperti apa yang terjadi pada penonton di saat sang pemain akrobat sedang beraksi sendirian dengan atraksi yang menegangkan dan mencekam tersebut.
Namun rasa percaya tersebut akan diuji saat diminta untuk mengikuti apa yang dilihat tersebut. Itulah yang sering disebut yakin (believe). Dalam beberapa literatur para filosof mengatakan: siapapun bisa percaya, namun hanya segelintir orang yang meyakini kepercayaannya itu, ciri-ciri yakin adalah ketika hatinya mengikuti apa yang dipercayainya tersebut.
# # #

Yakin dan diyakinkan

Kita beranjak ke pembahasan berikutnya, di saat hati kita dihadapkan kepada sebuah pilihan atau keputusan. Akan selalu ada peristiwa dimana seorang anak manusia menghadapi dilema dalam proses mengambil keputusan tersebut. Islam mengajarkan ummatnya utk ber-istikharah dalam proses pengambilan keputusan apapun dalam hidupnya, keputusan memilih jurusan saat sekolah atau kuliah, memilih jenis bisnis, pekerjaan atau jabatan, juga keputusan memilih jodoh.

Dalam proses tersebut diperlukan komunikasi vertikal dan horizontal, maksudnya : secara vertikal adalah dengan Allah Sang Maha Berkehendak dan secara horizontal adalah dengan bermusyawarah sesama manusia. Panduan tentang shalat dan doa istikharah dapat dipelajari dalam beberapa buku panduan shalat lengkap. Namun, tidak ada dalil Al-Qur'an atau Al-Hadits yang menyatakan bahwa jawaban akan keputusan tersebut akan datang melalui mimpi atau sejenisnya. Karena pada prinsipnya, yang menentukan jawaban adalah manusia itu sendiri dan Allah akan membimbing jawaban yang telah dipilih itu dengan cara-Nya yang Maha Bijaksana.

Lalu bagaimana caranya agar dapat yakin dengan jawaban yang telah dipilih ?! 
Saya kira siapapun akan mengalami kegalauan, kebimbangan atau kebingungan, karena saya pun mengalami hal yang serupa. Dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 159 Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bermusyawarah. Dalam penjelasan ayat tersebut dikatakan bahwa musyawarah dilakukan dalam berbagai urusan. Berarti salah satu upaya kita agar yakin dengan jawaban yang kita pilih adalah dengan bermusyawarah atau berdiskusi, karena dalam musyawarah ada informasi dan referensi.

Ada ulama mengatakan; bermusyawarahlah dengan orang sholeh dan dapat kamu percayai, insyaAllah akan semakin memantapkan keputusan yang akan kamu ambil.

Memang ada kalanya untuk meyakinkan keputusan yang kita ambil, kita perlu diyakinkan lagi oleh orang lain yang kita percayai, seperti sahabat atau saudara. Itulah yang sering disebut referensi dalam seni ber-informasi, kita perlu referensi sebagai bahan pertimbangan dan memantapkan pilihan.

Apapun keputusan yang diambil, kita berusaha melibatkan Allah di dalamnya dengan doa dan tawakkal. Karena setelah keputusan itu diambil dengan keyakinan hati dan pikiran yang mantap, insyaAllah bimbingan dari-Nya lah yang akan membantu kita menjalani keputusan itu.

"…, Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakkal" (QS: Ali-Imran : 159)

Teman sejati menentramkan hati

Ada ungkapan:
"Temanmu adalah orang yang menemani sedihmu, mendengarkan kegalauanmu, mendoakan urusanmu"
dalam ungkapan lain:
"Tidaklah termasuk teman yang baik jika hanya menemanimu dalam kesenangan dan canda tawa".

Saya juga merasakan arti dari sebuah pertemanan yang sejati. Di saat gundah dia membantu mencarikan solusi dan jawaban. Di saat salah dia mengingatkan. Di saat senang dia ikut mengucapkan syukur Alhamdulillah.

Saat pilihan sudah mulai ditentukan, jawaban mulai akan ditetapkan. Mintalah pendapat kepada teman sejatimu yang sholeh dalam agamanya dan baik perilakunya. 

Keluarga kita juga merupakan teman sejati yang paling dekat dengan kita, orang tua kita, kakak atau adik kita. Pendapat mereka bisa menjadi bahan masukan dan saran untuk memantapkan keyakinan akan jawaban yang kita pilih.  

Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar